Ditulis pada Nopember 23, 2007 oleh Abu Ja'far Al Atsary
Seorang pria dan kekasihnya menikah
dan acaranya pernikahannya sungguh megah. Semua
kawan-kawan dan keluarga mereka hadir menyaksikan
dan menikmati hari yang berbahagia tersebut. Suatu
acara yang luar biasa mengesankan.
Mempelai wanita begitu anggun dalam gaun putihnya
dan pengantin pria dalam tuxedo hitam yang gagah.
Setiap pasang mata yang memandang setuju
mengatakan bahwa mereka sungguh-sungguh saling
mencintai.
Beberapa bulan kemudian, sang istri berkata kepada
suaminya, “Sayang, aku baru membaca sebuah artikel
di majalah tentang bagaimana memperkuat tali
pernikahan” katanya sambil menyodorkan majalah
tersebut. “Masing-masing kita akan mencatat
hal-hal yang kurang kita sukai dari pasangan kita.
Kemudian, kita akan membahas bagaimana merubah
hal-hal tersebut dan membuat hidup pernikahan kita
bersama lebih bahagia…"
Suaminya setuju dan mereka mulai memikirkan hal-hal
dari pasangannya yang tidak mereka sukai dan
berjanji tidak akan tersinggung ketika pasangannya
mencatat
hal-hal yang kurang baik sebab hal tersebut untuk
kebaikkan mereka bersama. Malam itu mereka sepakat
untuk berpisah kamar dan mencatat apa yang terlintas
dalam benak mereka masing-masing.
Besok pagi ketika sarapan, mereka siap
mendiskusikannya.
“Aku akan mulai duluan ya”, kata sang istri.
Ia lalu mengeluarkan daftarnya. Banyak sekali yang
ditulisnya, sekitar 3 halaman…
Ketika ia mulai membacakan satu persatu hal yang
tidak dia sukai dari suaminya, ia memperhatikan
bahwa airmata suaminya mulai mengalir…
“Maaf, apakah aku harus berhenti ?” tanyanya.
“Oh tidak, lanjutkan…” jawab suaminya.
Lalu sang istri melanjutkan membacakan semua yang
terdaftar, lalu kembali melipat kertasnya dengan
manis diatas meja dan berkata dengan bahagia.
“Sekarang gantian ya, engkau yang membacakan
daftarmu”.
Dengan suara perlahan suaminya berkata “Aku tidak
mencatat sesuatupun di kertasku. Aku berpikir
bahwa engkau sudah sempurna, dan aku tidak ingin
merubahmu. Engkau adalah dirimu sendiri. Engkau
cantik dan baik bagiku. Tidak satupun dari
pribadimu yang kudapatkan kurang…”
>Sang istri tersentak dan tersentuh oleh pernyataan
dan ungkapan cinta serta isi hati suaminya. Bahwa
suaminya menerimanya apa adanya… Ia menunduk dan
menangis…
Dalam hidup ini, banyak kali kita merasa
dikecewakan, depressi, dan sakit hati.
Sesungguhnya tak perlu menghabiskan waktu
memikirkan hal-hal tersebut.
Hidup ini penuh dengan keindahan, kesukacitaan dan
pengharapan. Mengapa harus menghabiskan waktu
memikirkan sisi yang buruk, mengecewakan dan
menyakitkan jika kita bisa menemukan banyak hal-hal
yang indah di sekeliling kita?
Saya percaya kita akan menjadi orang yang
berbahagia jika kita mampu melihat dan bersyukur
untuk hal-hal yang baik dan mencoba melupakan yang
buruk.
kita bukanlah orang tanpa kekurangan, begitu pula
dengan pasangan kita,kita tidak bisa membentuknya
menjadi sosok tanpa cacat.. kita ingin menerima
setiap orang dalam hidup kita dengan segala
kekurangannya sebagaimana mereka menerima kita
dalam hidup mereka…
masa lalu adalah untuk dilupakan,tidak ada
kendaraan secanggih apapun yang mampu membawa kita
kembali kesana, jadi untuk apa mengungkitnya lagi?
syukuri yang anda peroleh sekarang…
lupakan yang telah lewat..
dan berbahagialah..
author: unknown
Post a Comment